Friday, May 11, 2007

SUSU RINDU

: Akmal Nasery Basral

Ada seseorang di kepalamu yang mirip ibumu.
Setiap subuh ia teteskan susu rindu
ke kuncup kecil kata-katamu.

(Joko Pinurbo, 2007)

Monday, April 23, 2007

Transit

Pagi datang mengenalkan sinar mentari
yang menepuk bahuku layaknya seorang kawan lama

hangat sekali

“Terima kasih, sudah menunggu,” jawabku sembari
membenahi lagi potongan wajah yang sempat
dikutak-katik bagian imigrasi

“Tak masalah. Kau yakin wajah yang kau pakai itu tak keliru?”
tanya cahaya keemasan itu mendadak sok tahu.
Hei, kalaupun tertukar dari mana ia bisa mengetahui itu wajahku atau bukan?
Maka kutinggalkan dia di gerbang sendirian

Kusongsong seekor lift yang menggonggong pendek tak sabar.
Teeet!
“Mari kuantarkan kau pada keterasingan yang hablur
di setiap kehadiran musim gugur,” ujarnya.
Teeet!

Ingin sekali aku menggeleng
dan menjelaskan kepadanya bahwa
aku pun sunyi yang menjadi kerikil

jadi apa bedanya?

Namun senyumku menelikung
lebih dulu mewartakan sebuah tiris di dada.
“Tentu saja, tapi bisakah kau beritahu lebih dulu
di mana persisnya letak boks telepon?”


Incheon, 2006

Rockabilly, 1996

We all came down to Montreux
on the lake Geneva shoreline

...
but some stupid with a flare gun
burned the place to the ground

- Smoke on the Water, Deep Purple


“Aku bertaruh demi nasib sial Van Gogh dan Bonnard,
seekor angsa mati di matamu kulihat.”
Pelukis jalanan itu meneropong retinaku sambil
membersihkan kanvasnya yang melompong.
“20 Swiss Franc saja, dan akan kulestarikan
kematiannya menjadi baka.”

Aku tak punya uang sebanyak itu
untuk mengubur seekor angsa
yang bahkan tak pernah kudengar suara paraunya.
“Kau menerima plastik?” tanyaku
sambil membuka dompet yang dipenuhi
tagihan kenangan masa lalu.

Ia menggeleng, pucat, “Di sini, mereka tak lagi mengenal barter
jika perutku sedang khianat,” sahutnya menunjuk
deretan resto yang berdiri angkuh di seberang jalan.

Maka kulanjutkan perjalanan
menembus udara yang dipenuhi aroma bir
menguar dari lusinan pengelana gondrong bergelambir
yang mencangkung di atas barisan motor besar.

Tiga ekor camar berpacu di atas kepalaku
menuju danau perak yang apatis
dipanggang musim panas dan tumpahan residu
nadanada kromatis warisan Miles Davis.

Petang itu kuhabiskan waktu siasia
mencari sepasang angsa di tengah telaga
sampai gelap terjerembab menjelma pekik lirih
dawaidawai gitar yang meninabobokan perih

Esok paginya kutemukan lagi pelukis itu
di sepotong ruas jalan tersembunyi
yang disulapnya menjadi galeri.
“Kini kulihat dua angsa mati di matamu,”
katanya cuek seraya merapikan tubetube cat.
“15 Swiss Franc bolehlah kalau kau percaya, sobat.”

Kali ini aku mengangguk dan segera duduk
di depannya mengail tanya. “Mengapa sekarang
ada dua bangkai di mataku yang terhidang?”

Kuas di tangannya bergerak cepat mencuri merah saga
di palet yang dipindahkannya dengan segores tawa
“Belumkah kau dengar bahwa di tempat ini,
ya persis di belakangmu ini,
mereka pernah membakar telaga menjadi abu
dan menyimpannya dalam pitapita suara
masa remajamu?”

Aku palingkan wajah, berharap temukan jenazah
asap yang dikuburkan di mana entah.

Pelukis itu memborehkan warna ungu
untuk menuntaskan karyanya. "Dan setelah
kebakaran besar itu," ia menatap lukisan
dan wajahku bergantiganti, "ratusan angsa ditemukan
mati terpanggang berdekapan

di mata para pemimpi seperti dirimu."

2007

Tuesday, April 17, 2007

The Dance of the Whale

rupanya puisi tukang susu tarian paus mendapat respon yang cukup baik. di salah satu mailing-list sastra, seorang pembaca menerjemahkan puisi itu ke dalam bahasa inggris seperti berikut ini. terima kasih buat rilla atas apresiasinya yang menyenangkan.


The Dance of the Whale

Been so long he got fascinate since every night
he always hears the wail of a whale

Then in one morning, when he is about to gargle he witness
the thing marooned between his tartar
“Who are you and why are you here?” he asks surprisedly while looking into the mirror
“I am drowned by your unconsciousness,” answer the animal
while trying to set free, “Please return me to my time.”

Then at night again he does a ritual
that he pawed from childhood memories:
creating little river in his throat
from a cup of warm milk
that he believes will perform seven oceans
in his stomach

At the peak of his dream that night he sees
the whale is dancing happily, swimming further from him,
“I will protect Jonah in the warmth of my tummy
like you take care of Moby Dick in your mind.”

Translated by Rilla (posted at Apresiasi-Sastra@yahoogroups.com, msg # 25113)

Monday, April 16, 2007

Tarian Paus

Sudah lama ia heran ketika setiap malam
telinganya selalu mendengar rintih pilu seekor paus

Lalu pada satu pagi saat hendak berkumur ia saksikan
makhluk itu terdampar di selasela karang giginya
"Siapakah engkau dan mengapa ada di sini?" tanyanya terkejut sambil menatap cermin
"Aku terhanyut arus bawah sadarmu yang sedang pasang," jawab hewan itu
sambil berusaha membebaskan diri, "kembalikan aku ke zamanku."

Maka malam harinya ia kembali melakukan ritual
yang dikaisnya dari kenangan masa kecil:
menciptakan anakanak sungai di tenggorokan
lewat secangkir susu hangat
yang diyakininya akan membentuk tujuh samudera
di seantero lambungnya

Di pucuk mimpinya malam itu ia lihat sang paus
menari gembira, berenang menjauhinya.
"Akan kulindungi Yunus dalam kehangatan perutku
seperti kau jaga Moby Dick di benakmu."

17.04.07

Sunday, April 15, 2007

Pelajaran Biologi

"Guru, dari semua makanan yang mengendap di tubuh,
manakah yang paling harus aku syukuri?" tanya sekerat-daging-penasaran dari pojok ruangan.
"Susu ibumu," jawab sang-penepuk-bahu
"Setelah itu?"
"Susu ibumu."
"Setelah itu?"
"Susu ibumu."
"Setelah itu, guru?"
"Susu formula yang dibeli ayahmu."

16.04.07

Friday, April 13, 2007

Hikayat

Malin muda menghardik perempuan tua di depannya,
“Jika kau memang benar ibuku, tunjukkan bekas gigitanku saat bayi di dadamu.”
Perempuan itu lantas memperlihatkan tonjolan karang
yang terpahat di tubuh depannya
“Cis!” Malin memuntahkan sekubik lahar yang menggenangi karang.
“Dada saja tak punya, betapa beraninya kau mengaku ibuku!”

Sambil mengelus tebingtebing cadas yang menjulur
sampai bagian atas perutnya, perempuan itu mencibir
“Karena sejak kecil kau lebih percaya pada puting lembu,
maka kukutuk payudaraku menjadi batu,
sehingga lidahmu bukan lagi lidahmu kecuali sembilu.”

14.04.07

Doa Pagi

ia celupkan setangkup rindu ke dalam cawan susu
yang disiapkan dengan mesra oleh kekasih-Nya

: "tuhan, azablah aku dalam lapar berkepanjangan."

13.04.07

Yang Menyusu Pada Sepi

- joko pinurbo

dibacanya peringatan pada kemasan itu dengan hatihati
: sebaiknya digunakan sebelum mati
lalu disesapnya tetestetes luka sampai terakhir nyeri

masih diingatnya sebuah pesan terpampang di balai kesehatan
anak sapi menetek pada sapi
anak manusia menyusu pada sepi

13.04.07